Bahasa Indonesia

 DAFTAR ISI :

1. BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH POKOK-POKOK PIKIRAN
2. CONTOH DRAMA TENTANG PERSAHABATAN
3. DONGENG MALIN KUNDANG
4. GURU
5. HAKEKAT DAN FUNGSI BAHASA
6. CONTOH DRAMA TENTANG KISAH SEBUAH KENYATAAN HIDUP



1. BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH:
POKOK-POKOK PIKIRAN

Untuk mengawali tulisan, satu hal penting perlu dikemukakan, yakni kaidah “selingkung” dalam tatatulis ilmiah. Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang sifatnya berlaku dalam lingkungan tertentu, misalnya departemen satu berbeda dengan departemen lainnya, pemda satu berbeda dengan pemda lainnya, majalah satu berbeda dengan majalah lainnya, jurnal satu berbeda dengan jurnal lainnya. Dengan demikian, apabila kita menyusun karya tulis ilmiah, kita harus mengikuti aturan yang ada di lingkungan yang dimaksud.
Tulisan ini tidak membahas aturan dalam “selingkung” itu. Tulisan ini hanya memfokuskan pada aturan yang sifatnya berlaku untuk semua penulisan karya ilmiah.
Apa yang harus diperhatikan dalam menggunaan bahasa Indonesia (BI) untuk karya tulis ilmiah? Banyak hal yang harus dikuasai oleh seorang penulis karya ilmiah. Berikut dikemukakan beberapa hal yang harus diperhatilkan.

PERTAMA, BI YANG DIGUNAKAN ADALAH BI RAGAM TULIS. Ragam ini mengharuskan penggunaan kata yang utuh, terutama kata yang mengandung afiksasi atau pengimbuhan.

SESUAI
TIDAK SESUAI
·        Bekerja
·        kerja
·        menjual
·        jual
·        tidak
·        nggak atau tak
·        bukan
·        ‘kan
·        Memang
·        emang


Dalam ragam tulisan peranan tanda baca atau pungtuasi menjadi sangat penting. Perhatikan kalimat (1) dan (2) berikut!

(1)Peninggalan Kerajaan Majapahit, yang ada di Probolinggo, sekarang sudah rusak parah.
(2)PeniNggalan Kerajaan Majapahit yang ada di Probolinggo sekarang sudah rusak parah.
(3)Istri Pak Zaini, yang ada di Blitar, sedang bekerja.—yang ada di Blitar itu satu-satunya
(4)Istri Pak Zaini yang ada di Blitar sedang bekerja. (yang ada di Malang ikut PLPG, yang ada di Tulungagung sedang ....3 bulan)
(5)Feed-back ‘balikan’

Dalam kalimat (1), anak kalimat yang ada di Probolinggo, yang ditulis di antara dua tanda koma, hanyalah merupakan keterangan tambahan dan tidak membatasi frasa peninggalan Kerajaan Mahapahit. Sebaliknya, pada kalimat (2) anak kalimat yang sama membatasi pengertian peninggalan Kerajaan Mahapahit.
Implikasinya dari perbedaan ini ialah bahwa dalam kalimat (1) Kerajaan Majapahit hanya mempunyai satu-satunya peninggalan sejarah dan peninggalan itu ada di Probolinggo, sedangkan pada kalimat (2) Kerajaan Majapahit mempunyai lebih dari satu peninggalan sejarah dan salah satu di antara peninggalan itu ada di Probolinggo. Perbedaan yang dalam bahasa lisan dinyatakan dengan menurunkan intonasi pada (1) di atas dalam bahasa tulis harus diungkapkan dengan jelas sehingga tidak akan timbul salah mengerti.

KEDUA, BI YANG DIGUNAKAN ADALAH BI YANG FORMAL. Formal artinya resmi. Bentuk formal berlawanan dengan bentuk yang kolokial atau bahasa sehari-hari. Bentuk formal digunakan dalam situasi berbahasa yang formal, misalnya dalam penulisan karya ilmiah. Berikut contoh kata-kata formal dan tidak formal.

FORMAL
TIDAK FORMAL
·        Daripada
·        ketimbang
·        hanya
·        cuma
·        berkata
·        bilang
·        membuat
·        bikin
·        bagi
·        buat/pro/teruntuk
·        memberi
·        kasih


Berikut contoh bentukan kata yang formal dan tidak formal.

FORMAL
TIDAK FORMAL
·        mencuci
·        nyuci
·        ditemukan
·        diketemukan
·        legalisasi
·        legalisir
·        lokalisasi
·        lokalisir
·        realisasi
·        realisir
·        terbentur
·        kebentur
·        tertabrak
·        ketabrak
·        pergelaran
·        pagelaran
·        metode
·        metoda
·        mengubah
·        merubah/merobah/mengobah


KETIGA, BAHASA ILMIAH BERTOLAK DARI GAGASAN. Itu berarti, penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan. Pilihan kalimatnya lebih cocok kalimat pasif.

ORIENTASI GAGASAN    ORIENTASI PENULIS
•Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.    •Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat   penting.
•Perlu diketahui bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila    
   • Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.
Peneliti mengemukakan x
Dikemukakan oleh peneliti


Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan seperti contoh (3) dan (4) berikut.

(3)Badudu (1985) menyatakan bahwa bahasa ilmiah merupakan suatu laras (register) bahasa yang khusus yang memiliki coraknya sendiri.
(4)Perkembangan perekonomian Indonesia pascareformasi berjalan sangat lambat.

KEEMPAT, BAHASA ILMIAH BERSIFAT OBJEKTIF. Syarat ini terkait dengan ciri ketiga. Dengan menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, sifat objektif akan terwujud.

OBJEKTIF    SUBJEKTIF
•Contoh-contoh di atas telah memberikan bukti besar peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak.    
  • Contoh-contoh di atas telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan      kepribadian anak.
  •Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.    
  • Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut.

KELIMA, BI YANG DIGUNAKAN ADALAH BAHASA YANG LUGAS. Lugas artinya ‘apa adanya’. Bahasa lugas membentuk ketunggalan arti. Dengan bahasa yang bermakna apa adanya, salah tafsir dan salah paham terhadap paparan ilmiah dapat dihindarkan. Dalam kalimat (5) ditemukan keambiguan (kemaknagandaan) karena keterangan “yang muda” dapat menerangkan hanya “wanita” atau “pria dan wanita”.

(5)Pria dan wanita yang muda harus ikut serta.

Kalau prianya tidak harus muda maka kalimat (6) berikut akan lebih jelas.

(6) Wanita yang muda dan pria harus ikut serta.

KEENAM, KALIMAT YANG DIGUNAKAN DALAM KARYA ILMIAH ADALAH KALIMAT HEMAT. Kalimat hemat menghindari penggunaan kata yang berlebihan. Berikut ditampilkan kalimat hemat dan tidak hemat.

HEMAT    TIDAK HEMAT
•Nilai etis tersebut menjadi pedoman hidup bagi setiap warga negara Indonesia.    
   • Nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup bagi setiap warganegara Indonesia.
•Pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari orang tua.    
   •Pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan dari orang  tua dalam keluarga.
•Obahorok dengan iklhas menerima dan menghisap cerutu pemberian kepala suku yang lebih besar, Presiden RI.    
   •  Obahorok dengan ikhlas menerima dan menghisap rokok cerutu pemberian kepala suku yang lebih besar, Presiden RI.
   
KETUJUH, KALIMAT YANG DIGUNAKAN ADALAH KALIMAT LENGKAP. Kalimat lengkap adalah kalimat yang unsur-unsur wajibnya hadir dalam kalimat itu, khususnya subjek dan predikat. Berikut ditampilkan contoh kalimat lengkap dan tidak lengkap.
LENGKAP
TIDAK LENGKAP
·        Pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara subjek didik dengan pendidik.
·        Di dalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara subjek didik dengan pendidik.
·        Kenakalan anak-anak yang kadang-kadang merupakan perbuatan kriminal memerlukan perhatian yang cukup serius dari alat-alat negara.
·        Dengan kenakalan anak-anak yang kadang-kadang merupakan perbuatan kriminal memerlukan perhatian yang cukup serius dari alat-alat negara.
·        Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan kata kerja karena perubahan kala dan persona.
·        Di dalam bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan kata kerja karena perubahan kala dan persona.
·        Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal perubahan kata kerja karena perubahan kala dan persona.
.   

KEDELAPAN, BAHASA DALAM KARYA TULIS BERSIFAT KONSISTEN. Konsisten artinya ‘taat asas’ atau ajeg. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, dan tanda-tanda lain, serta istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutna digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, apabila pada bagian awal uraian terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP, bukan SLTP. Kalimat (7) adalah tidak konsisten, sedangkan kalimat (8) adalah konsisten.

(7)Perlucutan senjata di wilayah Libanon Selatan itu tidak penting bagi pejuang Hisbullah. Untuk mereka, yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(8)Perlucutan senjata di wilayah Libanon Selatan itu tidak penting bagi pejuang Hisbullah. Bagi mereka, yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

Merujuk pada pandangan Suparno (1988) kata tugas “untuk” digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas “bagi” digunakan untuk mengantarkan objek.

Papaparan di atas hanyalah sebagaian hal yang harus dipahami oleh seorang penulis karya ilmiah. Masih banyak aspek lain yang harus dikuasai oleh penulis, seperti (1) cara merujuk atau mengutip dari pelbagai sumber, (2) cara menuliskan daftar rujukan dan atau daftar pustaka, (3) cara menulis abstrak, (4) cara merumuskan masalah dan tujuan, (5) cara menjabarkan isi, (6) cara menyusun simpulan, dan sebagainya.
Perlu dipahami bahwa penguasaan berbagai-bagai kaidah penulisan, termasuk di dalamnya penggunaan bahasa, tidak langsung jadi begitu saja. Para penulis memerlukan proses yang panjang untuk menguasainya. Bagi peserta seminar ini, menurut saya, haruslah menerapkan motto 3M1—membaca, membaca, membaca—dan 3M2—menulis, menulis, menulis. Tanpa aktivitas membaca, pengetahuan kita akan kering sehingga bekal untuk menulis pun sangat minim. Demikian juga, menulis perlu dibiasakan dan dilatihkan. Tanpa pembiasaan dan pelatihan yang intensif, kemampuan menulis kita sulit dikembangkan.
 
DAFTAR RUJUKAN

Basuki, I.A. 2000. Bahasa Indonesia Artikel Ilmiah. Dalam Saukah, Ali & Waseso, Mulyadi Guntur (Eds.), Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (hlm. 65—84). Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Dardjowidjojo, S. 1988. Prinsip dan Format dalam Penulisan Ilmiah. Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, 2(9): hlm. 111—134.
Johannes, H. 1983. Gaya Bahasa Keilmuan. Dalam Halim, A. & Lumintaintang, Y.B. (Eds.), Kongres Bahasa Indonesia III (hlm. 644—659). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Moeliono, A. Tanpa Tahun. Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek. Makalah disampaikan pada Penataran Calon Penerjemah Buku Ajar Perguruan Tinggi, Sub-Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Ditjen Dikti, Depdiknas.
Rivai, M.A. 2005. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suparno. 1998. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah. Makalah disajikan pada Seminar-Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan IV IKIP Malang, tanggal 13—16 Januari 1998.
Anang SantosoSunaryo H.S.

MATERI DISKUSI PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Pembelajaran (learning) bahasa harus dibedakan dengan pemerolehan (acquiring) bahasa. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disengaja, maka pembelajaran bahasa diperoleh dengan sengaja. Jika pemerolehan bahasa terjadi karena kehendak kuat untuk menjadi bagian (bersoialisasi dengan) atau kehendak kuat untuk dianggap sebagai warga pemilik bahasa itu, maka pembelajaran bahasa terjadi karena "keinginan" untuk mengenali kehidupan orang-orang yang mempergunakan bahasa itu. Jika pemerolehan  bahasa terjadi secara tidak direncanakan, dirancang, disistematisasikan, maka pembelajaran bahasa terjadi karena pihak lain merancangnya tahap demi tahap, bahan demi bahan, tujuan demi tujuan. Rancangan dari pihak lain dapat saja wujud konkretnya menjadi suatu modul atau program pembelajaran, yang tanpa bantuan orang lain--tanpa guru-- dapat dikuasainya. Jika pemerolehan bahasa terjadi melalui intake (bahan bahasa yang meaningful/contextual/functional), maka pembelajaran bahasa dapat saja terjadi melalui bahan-bahan bahasa tanpa konteks.
Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara  memperoleh (acquiring) bahasa seperti disebutkan di atas diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Muncullah karena itu cara pembelajaran kontekstual, di mana  materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis menentukan pilihan-pilihan variasi sosiaolinguistis: siapa mitra bicara, dalam konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat keresmian komunikasi.
          Mempelajari bahasa berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan pokok dari belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya  kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang meliputi variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur-unsur kalimat, bahkan pilihan jenis wacana tertentu. Karena fungsi bahasa harus menuntun pilihan variasi bahasa, maka mau tidak mau konteks ( wacana) menjadi pandon penting.  

1.    Tujuan Belajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing

          Mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (termasuk mempelajari  bahasa lain sebagai bahasa asing) memiliki tujuan, yaitu tercapainya keterampilan berbahasa pada diri si belajar (learner). Ia menjadi dapat berbahasa, dapat berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Namun demikian, perlu dibedakan adanya dua jenis tujuan, yaitu umum dan khusus. Jika seseorang mempelajari bahasa asing semata-mata untuk dapat berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan umum. Tercapainya tujuan umum seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut BICS (basic interpersonal communication skills). Oleh karena itu, tekanan penguasaan adalah bahasa sehari-hari sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan praktis, misalnya bagaimana si belajar menyapa, menawar, menolak, mempersilakan, mengucapkan terima kasih, menyatakan penyesalan, mengajak, meminta izin, memintakan izin, menyela, menyudahi percakapan, berpamitan, memperkenalkan diri, memperkenalkan temannya, mengeluh, memuji, memberi dan membalas salam, berobat, menelepon, pergi ke bank,  dan sebagainya.
          Sebaliknya, jika seseorang ingin mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diungkapkan dalam bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan khusus. Misalnya, ia ingin mempelajari kepercayaan yang dianut suatu suku bangsa, atau mempelajari kebudayaan suatu suku bangsa. Tercapainya tujuan seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut CALP (cognitive/academic language proficiency).
          Tentu saja, bahan yang diajarkan untuk dua jenis tujuan itu berbeda meskipun pendekatan yang dipergunakan sama; bahkan ciri-ciri kebahasaan bahasa Indonesia yang diajarkan juga berbeda. Soewandi (1993) menyingkat ciri khas bahasa untuk tujuan tercapainya BICS menjadi lima kecenderungan: (1) dipergunakannya bentuk- bentuk kata yang tidak formal, (2) dipergunakannya kosa kata tidak baku, (3) dihilangkannya imbuhan-imbuhan kata (afiks) dan kata-kata tugas yang tidak menimbulkan salah tafsir, (4) penulisan yang tidak baku, dan (5) dipakainya susunan kalimat yang sederhana dan lebih cenderung tidak lengkap. Sebaliknya, ciri khas bahasa untuk tujuan tercapainya CALP ada lima kecenderungan, yaitu ditekankannya penggunaan: (1) bentuk-bentuk kata yang baku, (2) kosa kata teknis dan baku, (3) imbuhan dan kata-kata tugas secara lengkap, (4) kaidah-kaidah penulisan, dan (5) susunan kalimat yang baku, lengkap unsurnya, dan pada umumnya lebih kompleks.
          Pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dapat memilih salah satu dari kedua tujuan itu meskipun dapat saja keduanya. Hanya saja, untuk dapat.menguasai CALP, dituntut dimiliknya BICS lebih dahulu. Mengapa? Karena mereka yang mempelajari bahasa dengan tujuan CALP pada umunya mereka yang ingin mendalami salah satu aspek dari kegiatan manusia Indonesia, entah mendalami kebudayaannya, kehidupan sosialnya, atau politiknya, atau manusianya sebagai paguyupan tertentu (antropologis). Untuk dapat mencapai tujuan itu, secara metodologis ia harus menjadi bagian dari kehidupan yang ingin dikenali. Oleh karena itu, mau tidak mau, penguasaan BICS menjadi penolong yang penting dalam penemuan data yang diinginkan.Karena pada umumnya pembelajaran bahasa dibedakan menjadi tiga tingkat--permulaan, tengahan dan lanjutan--kiranya pembelajaran dengan diskusi hanya cocok diterapkan pada pembelajaran bahasa dengan tujuan tercapainya CALP; berarti hanya cocok bagi mereka yang sudah ada di tingkat lanjutan.
          Judul makalah itu mengacu, tentu saja, pada tercapainya tujuan belajar bahasa pada tingkat CALP. Mengapa? Karena belajar dengan diskusi mengandaikan "penguasaan bahasa" sudah terpenuhi.  Pada tingkat CALP ini, pada umumnya kursus-kursus bahasa Indonesia bagi orang asing menuntut tercapainya profil kompetensi : (1) mampu berbicara tentang topik-topik tertentu sesuai dengan bidang minatnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (2) mampu mendengarkan pembicaraan dalam seminar, mendengarkan berita-berita dari radio dan televisi; (3) mampu membaca teks-teks asli (di majalah, atau surat kabar, terutama untuk memahami ide-ide yang ada di dalamnya), dan (4) mampu mengungkapkan gagasannya secara tertulis dalam bentuk karangan ilmiah. Jika pembelajaran pada tingkat BICS si belajar masih lebih berkutat pada penguasaan bahasa sebagai bekalnya, maka tekanan pembelajaran pada tingkat CALP lebih-lebih pada bagaimana dengan bekal bahasanya itu ia dapat memahami dan mengungkapkan idenya kepada mitra diskusi. Ini tidak berarti bahwa bekal bahasanya sudah dikuasainya secara sempurna. Si belajar masih tetap mempelajari bahasanya, tetapi boleh dikatakan sudah pada tingkat "menyempurnakan/memperbaiki".

2.    Diskusi sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Bahasa Asing

          Istilah diskusi di sini berupa suatu konstruk yang oleh penulis diisi pengertian yang sedikit berbeda dengan istilah diskusi dalam kaitannya dengan debat, dan diskusi dalam kaitannya dengan bentuk pembelajaran pada umumnya. Pengertian umum diskusi adalah membicarakan suatu masalah oleh para peserta diskusi dengan tujuan untuk menemukan pemecahan yang paling baik berdasarkan berbagai masukan. Sebaliknya, debat adalah pembicaraan tentang suatu masalah dengan tujuan untuk memenangkan atau mempertahankan pendapat yang dimiliki oleh peserta debat. Sangat mungkin, pendapat yang dimenangkan bukan yang terbaik.
          Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di mana peserta didik (murid, mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban bersama) dengan cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan kesimpulan. Tentu saja persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi adalah bahwa bahasa benar-benar sudah sangat dikuasai oleh peserta didik.  Guru tidak lagi memberikan perhatian pada bahasa, melainkan pada isi atau materi diskusi.
          Diskusi di dalam makalah ini diberi pengertian sebagai bentuk pembelajaran bahasa asing, di mana para peserta diskusi mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah (topik). Seseorang mempersiapkan pendapatnya secara tertulis dalam bentuk karangan pendek, kemudian disajikan di kelas. Yang lain memberikan tanggapan secara lesan. Kebenaran pendapat yang disampaikan, baik oleh penyaji makalah maupun teman-temannya,  memang perlu diperhatikan, tetapi yang lebih ditekankan adalah bahasa yang dipergunakan benar atau tidak. Di samping itu, kesimpulan pendapat tidak perlu dituntut. Maka, tugas guru (instruktur) lebih pada merekam (mencatat) kesalahan-kesalahan bahasa apa saja yang dibuat oleh peserta diskusi.
          Konteks diskusi di dalam makalah ini mirip dengan apa yang terjadi pada pelaksanaan perkuliahan seminar bahasa dan sastra, atau perkuliahan seminar pengajaran bahasa dan sastra di program studi atau jurusan bahasa dan sastra. Dalam pelaksanaan perkuliahan jenis ini, di samping diperhatikan tercapainya kompetensi sebagai pemakalah dalam menulis makalah, menyajikan makalah, menjawab pertanyaan; dan tercapainya kompetensi sebagai pemandu, penambat, dan pembahas tertunjuk, juga masih diperhatikan bagaimana pembahasaan (cara mengungkapkan dengan bahasa) dalam makalah, bagaimana pemakaian bahasa dalam bertanya jawab, dan menuliskan tambatan.
          Pembelajaran bahasa asing dengan diskusi jarang  terjadi hanya dengan satu pertemuan,  tanpa didahului oleh pertemuan-pertemuan pendahuluan. Mengapa? Karena untuk dapat berdiskusi diperlukan bahan diskusi. Oleh karena itu, sebelum bentuk pembelajaran diskusi dapat diterapkan perlu ada pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk pembelajaran lain untuk tujuan membekali bahan, baik bahan diskusi maupun bahan bahasanya sebagai alat diskusi. Menurut pengalaman, dalam suatu kursus bahasa---berarti terjadi secara terencana, dari pertemuan ke pertemuan yang lain--pelaksanaan pembelajaran bahasa asing dengan diskusi menjadi efektif jika diawali dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan topik-topik yang berhubungan; baru pada awal pertemuan-pertemuan berikutnya (konkretnya pada awal minggu berikutnya) dilaksanakan pembelajaran dengan diskusi. Bahan diskusi berupa perpaduan (ramuan atau olahan) dari topik-topik yang dipelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya..
          Mengapa bentuk diskusi cocok untuk pencapaian bahasa tingkat CALP? Menurut pengalaman, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan bentuk diskusi memiliki keuntungan-keuntungan berikut. Pertama, dengan diskusi, memang materi bahasa bagi pembelajar "tidak" menjadi fokus perhatian mereka. (Materi bahasa menjadi perhatian pada waktu persiapan diskusi, yaitu pada waktu pertemuan-pertemuan pendahuluan). Yang menjadi fokusnya justru bagaimana pembelajar mengemukakan pendapatnya dengan logika, data, dan gagasannya. Bagi pembelajar tingkat lanjutan, berarti pada tingkat dicapainya CALP, kemampuan berbahasa "sudah" mereka miliki. Jadi, rasa takut salah dalam berbahasa sudah berkurang, atau bahkan dapat dihindari. Kedua, dengan diskusi, pembelajar "dipaksa" mengemukakan pendapatnya. Keterpaksaan itu justru mendorong pembelajar--tanpa "takut" salah dalam berbahasa--dengan sekuat tenaga dan sebanyak yang dimiliki untuk digunakan pada waktu menjadi pemakalah, atau pembahas, atau pemandu, atau notulis (penambat). Ketiga, semua keterampilan--mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis--dipelajari. Keempat, bagi pembelajar lanjut, yang pada umumnya adalah mereka yang duduk di perguruan tinggi, karena terjadinya transfer of learning, apa yang pernah diperolehnya--dalam hal ini penguasaan tentang aturan-aturan membuat makalah, dan sebagainya--dengan mudah dapat dimanfaatkan.

3.    Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa dengan Diskusi

          Dengan memakai pengalaman mengajar beberapa tahun yang lalu, maka pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan diskusi perlu melalui pertemuan-pertemuan pendahuluan dengan materi diskusi yang saling berkaitan, dan dengan materi bahasa yang berkelanjutan. Pada pelaksanaan diskusinya sendiri terdapat kegiatan sebagai berikut. Seseorang ditunjuk  menyajikan apa yang ditulis. Sebelumnya karangan yang disusunnya dibagikan kepada teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya.
          Karena diskusi di sini merupakan bentuk pembelajaran dan masih tetap ditekankan pada penyempurnaan penguasaan bahasa, maka tidak diperlukan pemandu khusus. Instruktur sendiri yang mengatur jalannya "diskusi", di samping tugasnya yang pokok, yaitu mencatat--syukur dapat merekam-- kesalahan yang dibuat, baik oleh pemakalah maupun oleh yang lain, terutama kesalahan pada pemilihan kosa kata, penulisan kata, pemakaian dan pemilihan bentuk kata, pengucapan kata dan kalimat, penyusuna kata menjadi kalimat, dan menjadi paragraf. Kesalahan-kesalahan bahasa yang dibicarakan lebih ditekankan pada penyimpangannya dari kebakuan bahasa seperti yang diuraikan di muka sebagai ciri diperolehnya kompetensi CALP. Unsur sosiolinguistis dan pragmatis dari penggunaan bahasa itu juga perlu diperhatikan. Jika dianggap perlu dapat ditambahkan cultural notes dan etika berdiskusi. Tentu saja, karena dalam kursus-kursus bahasa asing terkandung unsur promosi, instruktur perlu juga bercerita sebagai pelengkap (pengayaan) terhadap topik-topik itu. (sayang tidak tersimpan satu contoh makalah yang peserta waktu itu).
          Poedjosoedarmo (2001) memberikan data yang menarik., yang terjadi di Amerika serikat sebagai berikut.
         
“To attain an advanced level of competence, for example in the USA, where English is a native language, in most universities students are required to take a test on English, and it means a test on writing essay. This is why, books on Essay Writing and Thesaurus are important for college students. Students need to consult to a dictionary of synonyms or a thesaurus to make them able to chose the right words in their essays. In Indonesia, to well known intellectuals also spent a lot of times publishing their writings before they become famous. Good writing skill seems to be very important in developing advanced language competence.

4.    Penutup

          Benang merah gagasan di muka dapat disampaikan sebagai berikut. Pertama, mempelajari BI sebagai bahasa asing   memiliki dua tujuan: umum dan  khusus. Kompetensi yang akan diperoleh oleh keduanya berbeda. Mempelajari BI dengan tujuan umum ingin memperoleh BICS, sedangkan dengan tujuan khusus ingin memperoleh CALP. Bagi mereka yang mempelajari BI dengan tujuan khusus, tentu saja, perlu memiliki kompetensi kebahasaan dalam tingkat BICS juga sebagai sarana untuk,  misalnya, memperoleh data. Kedua, Kebahasaan untuk tingkat BICS cenderung bercirikan sebagai bahasa yang tidak standar, sebaliknya untuk tingkat CALP bercirikan sebagai bahasa standar. Ketiga, diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak sama pengertiannya dengan diskusi sebagai bentuk pembelajaran pada umumnya, dan tidak sama dengan pengertian dengan istilah diskusi dalam pasangannya dengan debat. Tujuan yang ingin dicapai terutama adalah tercapainya kompetensi kebahasaan, lebih-lebih pada tingkat CALP. Oleh karena itu, bentuk pembelajaran ini kiranya cocok untuk pembelajaran bahasa asing pada tingkat lanjut. Keempat, karena pembelajaran bahasa tidak terjadi hanya dengan satu pertemuan, melainkan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam periode terttentu, maka bentuk pembelajaran dengan diskusi hanya mungkin dilaksanakan setlah pembelajar memperoleh bahan diskusi dan bertambah penguasaan bahasasanya. Oleh karena itu, seyogyanya pembelajaran dengan diskusi perlu didahului oleh pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk lain dengan materi yang saling berkaitan.



Daftar Pustaka

Poedjosoedarmo, Soepomo. 2001. “Language Teaching Approaches and Advanced Level of Language Competence”. Makalah dalam Seminar on Language and Culture, Sanata Dharma University, August 25.

Soewandi, A.M. Slamet. 1994. “Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Tujuan, Pendekatan, Bahan Pengajaran dan Pengurutannya”. Makalah pada Konferensi Internasional Pengajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Universitas Kristen satya Wacana, 20-23 Januari.

------------. 1993. “Pembelajaran Bahasa Indonesia di Program SEASSI”, di Seattle, Universitas Washington.


2. CONTOH DRAMA 

PERSAHABATAN YANG INDAH
Bintang yang setia pada malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah lelah terangi dunia ini. Seperti itulah persahabatan, selalu setia tanpa diminta. Saling mengerti tanpa harus memohon. Tak ada satupun orang di dunia ini yang hidup tanpa persahabatan, Persahabatan adalah kisah terindah yang tak terlupakan bagi setiap insan yang pernah merasakannya.
Kevin, Satrya, Olive, Bondan dan Meta sedang duduk bersama. Mereka mengobrol, bernyanyi sambil sesekali tertawa lantang, saling menjahili satu sama lain. Sungguh seperti sebuah keluarga yang harmonis.
Karena merasa iri hati, Lexa dan Tita yang tak mempunyai banyak teman datang untuk mengacaukan suasana.
Lexa : “Idih…!! suara pas-pasan aja sok mau nyanyi! Diem aja deh mendingan,” (dengan wajah menghina)
Bondan : “Eh.. suka-suka dong! Kayak suara kamu aja yang paling enak, KD kalah cempreng tuu!”
Semua anak di tempat itu tertawa keras, kecuali Lexa dan Tita yang rautnya berubah menjadi tak karuan. Bondan dan kawan-kawannya pun melanjutkan obrolan mereka lagi tanpa menghiraukan Lexa dan Tita.
Lexa dan Tita : (pergi meninggalkn tempat dengan wajah berlipat)
Bondan : “Hmm.. sorry fren, aku balik duluan ya? Ada janji buat latihan, maklum mau ada konser amal kecil-kecilan gitu..”
Meta : “Duh, sibuknya! Ya udah buruan berangkat, ati-ati!” (sambil melambai-lambaikan tangan)
Olive : “Waduh.. panggilan alam nih, aku ke toilet dulu yah..? (buru-buru meninggalkan anak-anak yang lain)
Kevin : “Hmm, dateng lagi deh ‘langganannya’! Dasar gak berubah.. haha..”(menggeleng-gelengkan kepala)
Meta : “Hahaha, biasa lah, Na. Kalo nggak gitu, bukan Olive namanya,”
Kevin : “Eh, haus nih.. minum es enak kali ya??”
Satrya : “Iya juga ya. Oke kalo gitu aku beli es dulu ya, tunggu di sini aja sama Meta,” (berlalu pergi meninggalkan Luna dan Meta)
Meta : “Na.. sebenernya beberapa bulan ini ada yang beda dari aku, aku udah nggak bisa nyembunyiin ini semua. Dan menurutku cuma kamu yang bisa jaga rahasia ini.”
Kevin : “Rahasia? Cerita aja, Ta.. kita kan temenan udah lama. Lagian aku udah siap kok buat jadi pendengar yang baik,” (berusaha meyakinkan Meta)
Tanpa mereka sadari, Satrya berdiri di kejauhan dengan beberapa bungkus es di tangannya. Satrya melihat Luna dan Meta sedang asyik bercerita, dan mengurungkan niatnya untuk menghampiri mereka. Ia melamun. Dan saat tersadar dari lamunannya, ia menuju Meta dan Kevin, dan tersentak ia terkejut mendengar ucapan Meta.
Meta :     “Aku.. su—ka Bondan!!” (dengan terbata-bata)
Satrya : “Hah..?! Meta suka Bondan??” (berkata lirih)
Kebetulan Olive juga sudah datang.
Olive : “Hah?!” (datang tiba-tiba dan mendengar ucapan Meta yang membuatnya kesal)
Di saat itu pula pertengkaran terjadi.
Kevin : “Eh, kalian udah pada balik!” (sambil tersenyum dengan sapaan halus)
Olive : “Ta.. serius kamu suka Bondan??”
Meta : “Hmm.. ngomong apa sih, kamu..? (pura-pura tidak tahu)
Olive : “Halah..!! gak usah bo’ong deh.. aku denger kok!” (dengan nada agak tinggi)
Kevin : “Kamu salah denger, kali?” (berusaha menengahi)
Olive : “Ta, kayaknya kamu juga harus tahu! Aku suka ama Bondan udah lama banget, kamu nggak boleh gitu dong!! Kayak nggak ada yang lain aja?!” (marah-marah)



Satrya : “Heh udah diem semua!!” (berusaha menandingi nada tinggi Olive dan Meta)
Meta : “Oh gitu ya?! Berarti kamu tuh yang ngerebut gebetan temen sendiri, kamu aja yang naksir ama cowok laen, ngapain pake nyuruh aku??” (balik marah)
Keadaan semakin parah karena tidak ada yang mau mengalah.
Kevin : “Udah, udah… jangan bertengkar cuma gara-gara masalah cowok!” (berusaha melerai)
Satrya : “Kita udah temenan lama, jangan sampai semua rusak cuma karena masalah sepele kayak gini!” (berkata paling bijak)
Olive : “Ya sudahlah”.(meninggalkan teman-temannya dan pergi menyendiri)
-Script 1-
Sialnya, dua orang yang sangat membenci Bondan cs mengetahui perkara ini. Alexa memanfaatkan keadaan ini untuk menghancurkan persahabatan mereka berlima. Dengan satu-satunya teman setia yaitu Tita, mereka mempengaruhi Olive supaya memusuhi dan membenci semua sahabatnya itu.
Olive : (duduk termenung, sendiri, dan terdiam)
Alexa : “Ehm.. kok cemberut sih??” (berusaha menarik simpati Olive)
Tita : “Ada masalah ya, Liv?”
Olive : “Katanya sahabat, masak harus naksir cowok yang sama?! Bete banget, kan??” (berkata dengan nada ketus)
Lexa : “Sabar aja deh. Mending sementara nggak usah temenan deh sama mereka. Nanti kan jadi saingan yang nggak sehat!” (merayu)
Tita : “Iya, bener tuh,” (meyakinkan Olive)
Olive : “Gitu, ya..?”
Lexa : “Gini aja, mending mulai sekarang kamu gabung ama kita berdua. Nanti kita akan bantu kamu ngalahin si Meta gingsul itu!”
Tita : “Iya, bener, Liv. Kita bela kamu kok”
Olive : “Emang boleh..??”
Tita dan Lexa : “Ya boleh, lah!!”
Olive hanya tersenyum, entah benar atau tidak keputusannya ini, dia tidak begitu peduli saat itu.
-Script 2-
Keesokan harinya..
Satrya menceritakan semua yang terjadi kemarin antara Meta dan Olive. Sekejap terkejutlah Bondan mendengar semua itu.
Satrya : “Menurutku kamu hrus cepet bikin keputusan. Kasih kepastian buat mereka berdua. Aku nggak mau mereka bertengkar terlalu lama.”
Bondan : “Oke, oke..! aku bakal berusaha jelasin semuanya biar mereka nggak bertengkar sia-sia,”
Bondan pun berusaha menemui Meta dan Olive hari itu juga. Namun sayang, hanya Meta yang mau menerima keputusan Bondan, sedangkan Olive lebih memilih menghindarinya.
Bondan : “Ta, Satrya udah nyeritain semua ke aku tentang yang kemarin. Bener kamu suka aku..?” (berusaha memastikan)
Meta : “emzz..ea saya emang suka kamu”
Bondan : “Gini, Ta. Sebelumnya aku minta maaf. Soalnya gara-gara aku kamu jadi tengkar ama Olive. Bukannya apa-apa, tapi buat waktu dekat ini aku lagi nggak pengen mikirin cewek. Aku masih mau serius di dunia musikku,” (menerangkan dengan bijaksana)
Meta : “Oke. Aku ngerti kok. Cuma kayaknya sekarang Olive udah terlanjur terpengaruh sama Alexa. Kayaknya bakal sulit buat ngembaliin dia kayak dulu lagi,” (sambil mendesah putus asa)
Olive, Lexa, dan Tita : (berjalan  melewati Bondan dan Meta, namun bersikap tak acuh dan sama sekali tak peduli)
Bondan : “Olive?”
Olive : (berjalan terus tanpa henti)


Suatu saat ketika Olive sedang  di kelas sendirian, Bondan pun mendekat dan ia pun mengajak Olive ngobrol.
Bondan “Liv...aku mau nanya ke kamu, apa bener kamu suka aku? ”
Olive “Ea emang aku dah lama suka kamu..dan aku sih berharap kamu mau jadi pacar aku”
Bondan : “emz,,maaf  ya Liv sebelumnya. Tapi sekarang ini aku lagi tidak pengen pacaran dulu. Lebih baik kita bersahabat ajah. Kalau kita pacaran, persahabatan yang sudah lama kita jalani ini akan berakhir dengan sia-sia Cuma gara-gara pacaran”. (berbicara dengan bijak).
Olive : “Tapi aku sudah terlanjur suka sama kamu. Aku pengen sama-sama kamu terus. Dan aku gax pengen kamu jadi milik orang lain”.
Bondan : “Kalau kita pacaran persahabatan  kita  pasti  akan rusak dan aku gax mau hal itu terjadi. Jadi aku harap kamu ngertiin aku, Liv”.
Olive “emz mau gimana lagi. Kalau itu emang yang terbaik buat kita semua, aku bisa ngerti kok. Persahabatn itu lebih baik dan lebih indah daripada pacaran”.
Satrya, Meta dan Luna masuk ke kelas lalu mereka menghampiri Bondan dan Olive.
Meta : “Liv..aku mau minta maaf ke kamu soal kemarin itu. Aku dan Bondan sudah membicarakan soal itu dan aku sudah memutuskan lebih baik aku bersahabat saja dengan Bondan.”
Olive : “Iya Ta…sama-sama aku juga minta maaf ke kamu soal yg kemaren. Aku juga sudah memutuskan lebih baik kita bersahabat saja. Sayang kalau persahabatan kita rusak cuma gara-gara hal sepele ajah.”
Akhirnya persahabatan yang sudah lama mereka jalin itu harmonis kembali dan tetap utuh


3. DONGENG MALIN KUNDANG

MALIN KUNDANG

Once upon a time ,there was  family lived near the river of batang arau in west  sumatra .they were poor  family.they earned their living by fishing.they had a son named malin kundang .
Malin kundang loved their parents .he parents also loved him very much.one day malin kundang decided to sail abroad .his mother was s sad ,but he gave him permisson because she wanted him to besuccessful.
Malin kundang ha became a rich man.he become a king and he had a beautiful queen.it was not like her mother’s hope.malin kundang did’n admit that she was his mother .he said that he did’n have a poor  mother like her.his mother was very anoyed .she cursed him o become a statue.
Malin kundang’sship want back to sail.suddenlythere was a big strom.the sip wit the coral.carsh!!!!!!!!!the ship broke and malin kundangwas under the curse of her mother and he become a statue .now,we can see the statue of malin kundang at the beach of padang in west  sumatra

 4. GURU 

Guru (dari Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Arti umum
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:
•    Dosen
•    Mentor
•    Tentor
•    Tutor
Arti khusus
Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.
Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva.



Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. Hanya ada sepuluh Guru dalam agama Sikh, dan Guru pertama, Guru Nanak Dev, adalah pendiri agama ini.
Orang India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.
 Peribahasa
•    Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, yang artinya murid biasanya bulat-bulat mencontoh gurunya, maka guru sebaiknya jangan memberikan contoh yang tidak baik.
•  
o    Peribahasa ini sudah tidak relevan dengan kenyataan yang sebenarnya. Pada kenyataannya, setiap pria secara normatif memang sewajarnya kencing berdiri. Perempuan memang seharusnya kencing dengan posisi seperti yang kita ketahui.
 Pantun
Lihat: Sastra Melayu
Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi

Ke hulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian


5. HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA
1.    A.    Hakikat Bahasa
Tarigan (1990:2-3) mengemukakan adanya delapan  prinsip dasar hakikat bahasa, yaitu (1) bahasa adalah suatu sistem, (2) bahasa adalah vokal, (3) bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari, (4) setiap bahasa bersifat unik, (5) bahasa dibangun daripada kebiasaan-kebiasaan, (6) bahasa ialah alat komunikasi, (7) bahasa berhubungan erat dengan tempatnya berada, dan (8) bahasa itu berubah-ubah. Pendapat ini tidak berbeda dengan yang dikatakan Brown juga dalam Tarigan (1990:2-3) yang apabila dilihat banyak sekali persamaan gagasan mengenai bahasa itu walaupun dengan kata-kata yang sedikit berbeda. Berikut ini merupakan hakikat bahasa menurut pendapat Brown yang juga dikutip dari Tarigan (1990:4), iaitu (1) bahasa adalah suatu sistem yang sistematik, barang kali juga untuk sistem generatif, (2) bahasa adalah seperangkat lambanglambang arbitrari, (3) lambang-lambang tersebut, terutama sekali bersifat vokal tetapi mungkin juga bersifat visual, (4) lambang-lambang itu mengandung makna konvensional, (5) bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi, (6) bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa atau budaya, (7) bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak terbatas pada manusia sahaja, (8) bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir/banyak persamaan dan (9) bahasa dan belajar bahasamempunyai ciri kesejagatan. Bahasa dapat dilihat daripada dua aspek, iaitu hakikat dan fungsinya (Nababan, 1991:46). Hakikat bahasa mengacu pada pembicaraan sistem/struktur atau Langue, sedangkan fungsi bahasa menyangkut pula pembicaraan proses atau parole (Saussure, 1993, Kleden, 1997:34). Hubungan kedekatan yang tidak dapat dipisahkan antara sistem dengan proses ini dilukiskan oleh Kleden dengan kalimat: ’Tanpa proses sebuah struktur (sistem) akan mati, tanpa struktur (sistem) proses akan kacau’. Jadi, antara hakikat bahasa dan fungsi bahasa itu sendiri merupakan suatu konsep dua fungsi bahasa

B. Fungsi Bahasa
Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
1.    1.       Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku,  merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-        agar menarik perhatian orang  lain terhadap kita,
-         keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi




Pada taraf  permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang  sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).
1.    2.      Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

1.    3.      Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).





Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

1.    4.       Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
Menurut Tarigan (1987), fungsi bahasa adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam arti luas, komunikasi adalah proses transaksi dinamis yang memandatkan komunikator untuk (to code) berperilaku, verbal maupun nonverbal.
  MENGENAL PRAGMATIK
A. Pengertian Pragmatik
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi




partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Thomas (1995: 2) menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction). Leech (1983: 6 (dalam Gunarwan 2004: 2)) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi
 B. Konteks
Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara atau penulis dan penyimak atau pembaca serta yang menunjang interpretasi penyimak atau pembaca terhadap apa yang dimaksud pembaca atau penulis dengan suatu ucapan tertentu (Tarigan 1987:35).
Dalam berkomunikasi masyarakat tutur tidak terlepas dari situasi tuturan. Untuk itu, Firth (1935) mempunyai pandangan tentang konteks situasi. Adapun pokok-pokok pandangannya adalah (1) pelibat atau partisipan dalam situasi, (2) tindakan pelibat, (3) ciri-ciri situasi lainnya yang relevan, dan (4) dampak-dampak tindak tutur (Halliday dalam Tou 1992:11).
Pelibat merupakan faktor penentu di dalam berbicara. Pelibat dalam situasi adalah para pelaku bahasa, antara lain masyarakat, pendidik, ahli bahasa, serta peneliti bahasa. Di dalam menuturkan suatu tuturan pelibat berarti melakukan suatu tuturan yang dimaksud dengan tindakan pelibat. Adapun yang dimaksud dengan tindakan pelibat yaitu hal-hal yang dilakukan oleh penutur, meliputi tindak tutur atau verbal action maupun tindakan yang tidak berupa tuturan atau non verbal action. Selain hal tersebut, ciri-ciri situasi lainnya yang relevan merupakan aspek situasi tutur yang perlu diperhatikan di dalam berkomunikasi. Adapun yang dimaksud dengan ciri-ciri situasi yang relevan adalah kejadian dan benda-benda sekitar yang sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan hal yang sedang berlangsung. Di dalam melakukan suatu tuturan, penutur tidak boleh mengabaikan dampak-dampak dari tindak tutur karena dampak itu timbul disebabkan oleh tuturan para penutur. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa suatu bahasa yang dipakai oleh seorang penutur dapat ditangkap maksudnya oleh lawan tutur sesuai dengan konteks situasi yang melingkupi peristiwa tutur.
Menurut Tarigan (1987:33), bentuk dan makna bahasa harus disesuaikan dengan konteks dan situasi atau keadaan. Situasi dan konteks yang berbeda dapat menyebabkan suatu penafsiran yang berbeda pula dalam bahasa. Keanekaragaman bahasa dapat juga ditentukan oleh faktor yang berakar dari konteks dan situasi separti : letak gegrafis, situasi berbahasa, situasi sosial, dan kurun waktu. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa situasi dan konteks yang berbeda dapat menyebabkan bahasa yang beragam karena dengan situasi atau tempat yang berbeda dapat menyebabkan makna tuturan menjadi berbeda. Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan setiap hari bagi orang yang mempunyai alat bicara normal. Dengan berbicara seseorang dapat mereaksi pembicaraan dengan orang lain melalui tuturan maupun berupa tindakan yang lain. Adapun syarat utama antara pembicara dengan pendengar adalah saling mengerti di antara keduanya.




Berhubungan dengan bermacam-macam maksud yang dikomunikasikan oleh penutur dalam suatu tuturan, Leech (1983) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Adapun aspek-aspek situasi tuturan itu meliputi : (1) penutur atau penulis dan lawan tutur atau penyimak, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal (Wijaya:27-31; Rustono 1999:31).
Aspek situasi tutur yang pertama adalah penutur atau penulis dan lawan tutur atau penyimak. Penutur adalah orang yang melakukan tuturan sedangkan lawan tutur adalah orang yang diajak bertutur. Dalam situasi komunikasi harus ada pihak penutur atau penulis dan pihak lawan tutur atau pembaca. Keterangan ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terbatas pada bahasa lisan saja, tetapi juga mencakup bahasa tulisan. Adapun aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan keakraban (Rustono 1999:27-29 ; Wijaya 1996:11).
Aspek situasi tutur yang kedua adalah konteks tuturan. Konteks tuturan meliputi konteks fisik yang biasa disebut kotek (cotex) dan konteks sosial yang disebut konteks (conteks). Didalam pragmatik, konteks berarti semua latar belakang pengetahuan yang dialami oleh penutur dan lawan tutur. Konteks ini berguna untuk membantu lawan tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur (Rustono 1999:2). Aspek situasi tutur yang ketiga yaitu tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai oleh penutur yang melakukan tindakan bertutur (Rustono 1999:29).
Bentuk-bentuk tuturan yang diutamakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu, yaitu antara kedua belah pihak (penutur dan lawan tutur) terlibat dalam satu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Dalam hal ini berarti tidak mungkin ada sebuah tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan tertentu.
Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan aspek situasi tutur yang keempat. Tuturan merupakan bentuk aktifitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan atau act (Purwa 1990:19). Dalam hal itu yang bertindak melakukan tindakan adalah alat ucap.
Aspek situasi tutur yang lain adalah tuturan sebagai produk tindak verbal. Tindak verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa (Rustono 1999:30). Tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Hal itu dapat dilihat pada tuturan “Apakah rambutmu tidak terlalu panjang”. Tuturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau sebagai perintah apa bila tuturan tersebut diucapkan oleh seorang ibu terhadap anaknya. Dengan mengacu pendapat Leech (1983), Tarigan (1987:34-37) mengemukakan lima aspek situasi tuturan, yaitu pembicara atau penulis dan penyimak atau pembaca, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak lokusi, dan ucapan sebagai produk tindak verbal. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain unsur waktu dan tempat, unsur yang paling penting dalam suatu tuturan adalah aspek-aspek tuturan itu sendiri. Manfaat dari aspekaspek situasi tuturan adalah memudahkan dalam menentukan hal-hal yang tergolong dalam bidang kajian pragmatik.
C. Aspek-aspek Tutur
Leech (1993:19) membagi aspek situasi tutur ataslimabagian, yaitu: (1) penutur dan lawan tutur; (2) konteks tuturan; (3) tindak tutur sebagai bentuk tindakan; (4) tujuan tuturan; dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.






1.    Penutur dan Lawan Tutur
Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. Di dalam peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti, yang semula berperan penutur pada tahap  tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban, dan sebagainya.
2.    Konteks Tuturan
Istilah konteks didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009:3) sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami. Di dalam tata bahasa, konteks tuturan mencakup semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut ko-teks. Sementara itu, konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik konteks itu berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.
3.    Tindak Tutur sebagai Bentuk Tindakan
Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. Jika tata bahasa menangani unsur-unsur kebahasaan yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dan sebagainya, pragmatik berhubungan tindak verbal yang lebih konkret yang terjadi dalam situasi tertentu. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.
4.      Tujuan Tuturan
Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Bentuk-bentuk tuturan Pagi, selamat pagi, dan met pagi dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain itu, Selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu, dan situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman atau kolega yang terlambat datang ke pertemuan, atau siswa yang terlambat masuk kelas, dan sebagainya.
5.      Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal
Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindak verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa.






D. Tindak Tutur
Defenisi Tindak Tutur Menurut Muhammad Rohmadi, (2004) teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956), seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O.Urmson (1965) dengan judul How to do Things with words?. Akan tetapi teori itu baru berkembang secara mantap setelah Searle (1969) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts : An Essay in the Philosophy of language menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tu¬tur (fire performance of speech acts. Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana.
Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan yakni:
(1) tindak lokusi ( lokuitionary act )
(2) tindak ilokusi ( ilokuitionary act )
(3) tindak perlokusi ( perlokuitionary act )
(1) Tindak lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Lokusi semata-mata merupakan tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan suatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu menurut kaidah sintasisnya (Gunarwan 1992:9). Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud fungsi ujaran (Rustono 1999:35).
(2) Tindak ilokusi
Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya ujaran (Rustono 1999:35). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu. Tindak ilokusi mempertimbangkan siapa penutur dan siapa petutur, kapan, dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya (Wijaya 1996:19). Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi karena tindak ilokusi berkaitan dengan siapa bertutur pada siapa dan kapan atau dimana tindak tutur itu dilakukan, dan sebagainya. Untuk memudahkan identifikasi ada beberapa verbal yang menandai tindak tutur ilokusi. Beberapa verba itu antara lain : melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterima kasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan sebagainya.
(3) Tindak perlokusi
Tindak perlokusi adalah ujaran yang diucapkan seorang penutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh (Suyono 1990:8). Efek atau daya ujaran ini dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja.
Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mengetahui maksud lawan tutur inilah yang merupakan tindak perlokusi. Ada beberapa verbal yang menandai tindak perlokusi. Beberapa verbal itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-





nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, dan menarik perhatian (Leech 1993:323). Dikatakan oleh Searle dalam Gunarwan (1994:84) bahwa sehubungan dengan pengertian tindak tutur atau tindak ujar, dapat dikategorikan menjadi lima jenis yaitu : representatif, direktif, eksresif, komisif, dan deklarasi.
(1)     Representatif
Tindak tutur representatif disebut juga tindak tutur asertif, yakni tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran apa yang diujarkannya (Rustono 1999:38). Yang temasuk dalam jenis tindak tutur representatif ini seperti tuturan menyarankan, melaporkan, menunjukkan, membanggakan, mengeluh, menuntut,menjelaskan, menyatakan, mengemukakan, dan menyebabkan (Tarigan 1990:47).
Tuturan berikut merupakan tindakan representatif.
(1). “Pemain itu tidak berhasil melepaskan diri dari tekanan lawan.”
Tuturan di atas termasuk tuturan representatif. Alasannnya adalah tuturan itu mengikat penuturnya akan kebenaran isi tuturan itu. Penutur bertanggungjawab bahwa memang benar pemain itu tidak dapat berhasil di dalam meraih angka, bahkan sering melakukan kesalahan sendiri.
(2)      Direktif
Tindak tutur direktif kadang-kadang disebut juga tindak tutur impisiotif yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan didalam ujaran itu (Gunarwan 1992:11). Tindak tutur direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak (Tarigan 1990:47).
Yang termasuk dalam jenis tindak tutur direktif ini adalah tuturan; memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, menagih , mendesak, memohon, menyarankan, memerintah, menmberi aba-aba, menentang (Rustono 1999:38).
(2).  Tindak Tutur Direktif.
“Ambil buku itu.”
Tuturan di atas merupakan tuturan direktif. Hal itu terjadi karena memang tuturan itu dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan mengambil buku baginya. Indikator bahwa tuturan itu direktif adanya suatu tindakan yang harus dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan itu.
(3) Ekspresif
Tindak komisif yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu seperti bersumpah berjanji (Suyono 1996:5). Komisif melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang seperti menjanjikan, bersumpah, menawarkan, dan memanjatkan doa (Tarigan 1990:47). Tindak tutur berikut adalah tindak tutur ekspresif.
(3). “Sudah belajar keras, hasilnya tetap jelek ya, Bu”
Tuturan di atas termasuk tindak tutur ekspresif mengeluh. Termasuk tindak tutur ekspresif karena tuturan itu dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkannya, yaitu usaha belajar keras yang tetap tidak mengubah hasil. Isi tuturan itu berupa keluhan karena itu tindakan yang memproduksinya termasuk tindak ekspresif mengeluh.




(4) Komisif
Tindak komisif merupakan tindak tutur yang berfungsi mendorong pembicara melakukan sesuatu seperti menyatakan kesanggupan. Jenis tindak komisif ini jarang sekali digunakan karena tindak komisif merupakan suatu tindakan janji yang harus ditepati. Berikut ini merupakan penggalan dari tindak tutur komisif.
(4). “Saya bersumpah bahwa saya akan melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya.”
Tuturan di atas adalah tindak tutur komisif berjanji. Alasannya adalah tuturan itu mengikat penuturnya untuk melaksanakan tugasdengan sebaikbaiknya. Ikatan untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dinyatakan penuturnya yang membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhinya. Karena berisi berjanji yang secara eksplisi dinyatakan, tindak tutur itu termasuk tindak tutur komisif berjanji.
(5) Deklarasi
Tindak deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dsb.) yang baru (Gunarwan 1992: 12). Tuturan-tuturan dengan maksud mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengijinkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni dan memaafkan termasuk kedalam tindak tutur deklaratif (Gunarwan 1992:12).
(6). tindak tutur direktif.
“ Saya tidak jadi datang ke rumahmu besok.”
Tuturan di atas adalah tindak tutur deklarasi membatalkan. Alasannya adalah tuturan itu untuk tidak memenuhi janjinya bagi penuturnya. Karena berisi membatalkan yang secara eksplisit dinyatakan.
E. Tindak Tutur langsung dan tidak langsung
Wijana (1990:30) membagi tindak tutur menjadi dua macam; yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tindak langsung. Dikatakan sebagai tindak tutur langsung (direct speech) karena informasinya dinyatakan secara langsung, berupa perintah, permohonan, ajakan dan larangan. Misalnya “Nyalakan lampu”, “Jangan dimakan kue itu sudah tidak layak!”, “Mari ikut saya”, dan sebagainya.  Tindak tutur tidak langsung dapat berupa kalimat berita atau kalimat tanya yang mengandung makna perintah. Misalnya tuturan “Radionya kurang jelas”.  Tuturan pada contoh di atas, mengandung arti yang sebenarnya, yakni penutur memang tidak dapat mendengar radio yang dibunyikan dengan volume yang sangat kecil. Oleh karena itu, tuturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai permintaan agar mitra tutur membesarkan volume agar suaranya dapat didengar dengan jelas. Akan tetapi apabila disampaikan oleh seseorang yang merasa terganggu konsentrasi belajarnya agar lawan bicara mematikan radio yang terlalu keras di dengarnya, maka tuturan ini memiliki makna yang lain sama sekali ditafsirkan sebagai perintah untuk mematikan/ mengecilkan volume radio agar suara radio tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.  Tuturan “Dimana sapunya” dalam bentuk kalimat tanya jawab di atas, apabila disampaikan oleh orang tua kepada anaknya, sebenarnya memiliki maksud dan tujuan untuk memerintah. Dengan demikian, pertanyaan tersebut tidak semata-mata menanyakan informasi melainkan perintah yang dinyatakan secara tidak langsung.  Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung merupakan ungkapan verbal yang berisi ajakan, perintah, permintaan, permohonan dan larangan yang dinyatakan secara langsung,





Tindak tutur tidak  langsung (indirect speech act) ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya seorang ibu menyuruh anaknya mengambil sapu, diungkapkan dengan Upik, sapunya dimana?” Kalimat tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk  sapu
 
DAFTAR PUSTAKA
Gunarwan, Asim. 1994. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta” dalam PELBA 7. Jakarta: Unika Atmajaya Press.
Leech, Geoffrey.1983. Principles of Pragmatics. London: Longman
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar                                                 Media
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Kedudukan dan fungsi bahas. Bandung: Angkasa
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset
 


6. KENYATAAN PADA SUATU KEHIDUPAN
Adegan 1
Suatu daerah dikisahkan satu keluarga yang terhormat dan terpandang, ayah dari satu orang anak itu adalah seorang pengusaha yang sangat sukses. Dia mempunyai sifat sombong dan angkuh berbeda dengan ibu dan anaknya yang mempunyai sifat ramah dan bijaksana.
Pada suatu hari keluarga Bapak Chandra mendapat suatu masalah sehingga perusahaannya bangkrut total dan rumah mereka di sita sehingga Pak Chandra dan
keluarganya dengan berat hati harus angkat kaki dari rumahnya.
Adelia    :    “apa?? Rumah kita disita pak ???
        Adel ga ridho pa.. ma… adel ga mau jadi gelandangan…
        Gimana denga sekolah adel, pa… ma…?
        Adel ga mau pa… ma… adel ga mau…
Pak Chandra    :    diam kamu!!! (pak Chandra membentak)
        Emang papah mau kita jadi gelandangan ..?
        Papah juga ga mau del …
        Lebih baik sekarang kita pikirin gimana caranya kita bisa seperti dulu lagi …
Bu Chandra    :    kamu yang sabar ya na…
        Papah sama mamah juga ga mau itu semua terjadi sama kita … tapi apa daya semua ini telah terjadi, kita ga bisa apa-apa.
Bu Chandra memeluk adel sambil menangis, mungkin berita itu sangat tragis buat Adel akrena semua fasilitas untuk Ael sekolah sudah hangus. Semuanya habis tersita. Dengan berat hati mereka meninggalkan rumah mewah yang dulu ditempati mereka dan pergi mencari rumah kontrakan yang sangat sederhana dan murah. Dan akhirnya mereka menemukan kontrakannya, tapi Adel masih menangis karena tidak bisa menerima kenyataan yang ada.
Pak Chandra    :    (Sambil melihat-lihat kontrakan barunya) akhirnya kita dapat juga kontrakannya mah.
Bu Chandra    :    ia pak … mamah seneng banget, kita bisa mulai hidup baru lagi dirumah ini… (ucap bu Chandra sambil tersenyum bahagia kepada Pak Chandra, tiba-tiba adel berkata sambil membentak kepada orang tuanya)
Adelia    :    Apa??? Kita mulai hidup baru disini, di rumah ini, rumah ini ga pantes mah buat kita… rumah ini jelek, kecil mana pelosok lagi jauh dari mall, jaru dari keramaian kota, pokoknya adel ga mau tinggal disini… (adel berkata sambil menangis berlari keluar rumah)
Bu Chandra    :    Adel… jangan pergi nak… mamah tau kamu ga mau tinggal disini tapi mesti gimana lagi… itu mungkin sudfah takdir hidup kita … (ucap bu Chandra sambil berlari keluar rumah menyusul Adel)
Adelia    :    Adel ga mau ma… (ucap adel lirih)
Bu Chandra    : Sabar ya na…
Mereka masuk ke dalam rumah, hari sudah mulai malam adel diam di kamar, dia ga mau menemui kedua orang tuanya.
Pak Chandra    :    mah… papah berangkat yah.. paph mau cari kerja lagi.
Bu Chandra    :    ia … hati pak …
    Mereka berdua keluar rumah, sementara adel masih tidur di kamar barunya
Bu Chandra    :    del… bangun sayang udah pagi … kamu harus sekolah na…
Adelia    :    ada apa sih mah…? Pokoknya adel ga mau sekolah tanpa mobil … apa kaa anak-anak nanti mah… adel ga mau mah … pokoknya ga mau ….
Bu Chandra    :    Adel … kamu ga boleh gitu na… mobil tuh bukan segalanya, yang penting sekaranga kamu punya semangat buat sekoalh” (bu Chandra menjelaskan dengan lemah lembut)
Adelia    :    kenapa sih mamah ga pernah bela adel??? Seakan-akan adel selalu salah di mata mamah… masa sih adel harus jalan kaki ? adel ga mau mah…
        Zaman udah modern … ga zaman mah kalo masih jalan kaki … apa lagi kalao harus naik angkutan umum … udah panas… bau lagii.. males !!
Bu Chandra    :    (Sedikit membentak Adel)
        Kamu kenapa sih selalu gaya yang kamu andalkan … kamu ga nyadar sekarang keluarga kita dalam keadaan gimana ??? keluarga kita sekarang lagi terkena musibah.. kita sekarang sudah ga punya apa-apa lagi … kamu harus sadar itu … masih banyak …
Adelia    :    (memotong pembicaraan ibunya)
        Udah diam !!! (adel membentak ibunya denga keras)
        Ade ga mau dengerin semua penjelasan mamah adel cape mah … (adel berjalan keluar rumah)
Bu Chandra    :    mau kemana kamu …? (Bu Chandra menyusul adel keluar kamar)
Adelia     :    Sekolah… itu kan yang mama mau ?
        (dengan suara datar adelia menjelaskan kepada ibunya)
Bu Chandra    :    Sarapan dulu del … entar kamu sakit ….
Adelia    :    Bodo …!! Mau sakit mau engga bukan urursan mamah… udah minggir telat nih ….
        (adelia mendorong ibunya yang berdiri didepannya, dan bu Chandra hampir terjatuh)
Bu Chandra    :    (sambil menggelengkan kepala)
        Astagfirullah hal adziiim…
Bu Chandra ga nyaka kalau ternyata sikap adel masih sama seperti dulu, bu Chandra piker setelah kejadian ini menimpa keluarganya sikap adel akan berubah tapi ternyata Bu Chandra salah, sikap adel masih sama seperti dulu.







Adegan 2
SMA Pekerti Luhur 08.00
Adelia tergesa-gesa masuk ke kelasnya karena adelia tau dia udah terlambat satu jam yang lalum sambil ngos-ngosan adelia terus berlari menuju kelasnya.
Setibanya di depan pintu kelas
Adelia     :    Tok… tok …. Tok …. (adelia mengetuk pintu)
        Permisi pa… maaf saya terlambat (adelia berusaha member penejlasan kepada guru yang sedang mengajar)
Pa Guru    :    kamu tau sekarang jam berapa (pak guru membentak adelia sambil matanya melotot)
Adelia     :    tau pa (adelia menunduk karena takut dimarahi pa guru)
Pa Guru    :    Kamu udah telat satu jam, jadi udah diluar saja (pa guru meninggalkan adelia dan menutup pintunya)
Adelia    :    Tapi pa … (adelia berusaha mendorong pintu)
Pa Guru    :    ga ada tapi-tapian… keluar kamu !!!
Adelia berjalan keluar kelas, dia sudah pasrah
Adelia    :    Sialan !!! (gerutu adelia, dia diam di depan kelas menunggu pelajaran selesai)
Reki    :    Kok… lo diluar del… kenapa kesiangan lo …? (sapa reki)
Adelia    :    diam lo ….!!!
Reki    :    Kok lo marah sih … lo ada masalah ….?
        Cerita donk sama gue …
Adelia    :    ga … gue ga apa-apa …
Reki    :    trus kenapa lo kesiangan.. lo bawa mobil kan ….?
        (Reki duduk disamping adelia)
Adelia    :    mmmm (gugup)
        mmm… mmmmm anu mobil gue tadi mogok di jalan…. Makanya gue kesiangan…
        (Adel berusaha menenangkan diri karena dia takut kebohongannya terbongkar)
Reki    :    oh… terus lo ke sini nak apa
Adelia    :    Jalan kaki ….
Reki    :    hah jalan kaki … ?
        Yang bener lo …. (sedikit kaget)
Adelia    :    huh… mmm ia gue jalan kaki kesini …
Reki    :    oh … kenapa lo gugup gitu …?
        Biasa aja lagi ….


Adelia hanya tersenyum sambil berusaha menenangkan diri tidak lama kemudia bel istirahat berbunyi …
Adelia    :    eh ki gue diluan yah ….
        (adelia berlari meninggalkan reki)
Reki    :    Kemana lo ….
        (Sedikit berteriak)
Adelia tak menjawwab… sedikit berlari adelia menghampiri tia
Adelia    :    tia tunggu … !!! (teriak adelia)
Tia    :    lo kesiangan ?? kenapa ??? (tia berhenti)
Adelia    :    mobil gue mogok tadi dijalan
Tia    :    trus sekarang mobil lo dimana ..???
Adelia    :    hah… mmm itu dibengkel… mobil gue di bengkel … (adelia gugup)
Tia    :    kenapa lo gugup gitu ….? Lo bohong sama gue yah … ?
Adelia    :    engga … bohong apa … mana mungkin gue bohong sama lo …
Tia    :    oh, ya udah …. Ke kantin gue laper … “
Adelia    :    (adelia bingung karena dia bawa uang pas-pasan … dia lupa dompetnya ga di bawa)
        Ga akh…. Dompet gue ketinggalan…
Tia    :    tenang gue yang traktir
Adelia    :    mm… oke deh ….
Mereka berjalan menuju kantin tiba-tiba ditengah perjalanan ada seorang cewe menabraknya
Adeli    :    ouch… sakit tau …
Ratih    :    maaf del ga sengaja
Adelia    :    oh … elo … lo tuh punya mata ga sih… kalo jalan liat-liat donk ….
Ratih    :    maaf del maaf …
Tia    :     maaf-maaf sana minggir (Tia mendorong ratih sampai terjatuh)
        Rasain lo … (gerutu tia)
Ratih hanya terdiam melihat sikap angkuh adelia dan tia. Ratih melanjutkan perjalannya ke perpustakaan untuk baca buku, ditengah perjalan bertemu aldo dan reki
Aldo dan Reki    :    halo miskin … (sapaanya pada ratih)
Ratih hanya diam mendengar kata-kata miskin keluar dari mulut aldo. Ratih melanjutkan perjalannya tapi aldo menarik ratih.
Aldo    :    eits… mau kemana lo … ? (sambil menarik tangan ratih)
Ratih    :    lepasin tangan gue …
Reki    :    eits… santai donk… buru-buru amat sih .. mau keman ?
Ratih    :    bukan urusan kalian
Aldo    :    wuih … marah …
        (Sambil mata mendelik kearah reki)
Reki    :    berani lo marah sama gue hah ???
        (sambil mengangkat dagu ratih)
        Pergi lo …
        (Reki membentak ratih sementara Aldo tersenyum picik)
Ratih hanya bia melihat perlakuan reki, aldo, adelian dan tia kepadanya karena ratih tau mereka emang anak dari keluarga terhormat sedangkan ratih dia hanya anak keluarga sederhana.
Bel pulang pun berbunyi siswa/siswi pekerti luhur pun berhamburan keluar kelas
Tia    :    del lo mau pulang bareng kita-kita ga ?
Adelian    :    mmm… ga… ga… usah gue pulang sendiri aja…
Aldo    :    ko… lo aneh gitu sih del… ga mau pulang bareng kita.
Reki    :    ia del… lo kenapa ?
Adelia    : Ga apa-apa gue pengen pulang sendiri aja …
Tia    :    kenapa sih kok hari ini lo aneh banget … lo ada masalah …
Adelia    :    huh… ga kok, gue duluan yah … (adelia berjalan meninggalkan teman-temannya)
Reki    :    del tunggu ! (reki berteriak memanggil adel, tapi adel ga menoleh sama sekali, adel terus berjalan meninggalkan teman-temannya)
Aldo    :    hari ini adel kok aneh ? kenapa ya ?
Tia    :    lah gue juga ga tau, tadi juga kesiangan ga diberi masuk sama pa guru.
Reki    :    oh… pantesan tadi dia ada diluar …
Tia    :    kok lo tau …
Reki    :    tadi gue liat dia di luar, ya udah kita langsung ngobrol tapi anehnya pas gue tanyai mobilnya dia langsung gugup
Aldo    :    Aneh ….
Tia    :    udah lah… pulang yu udah sore ni…
Mereka berjalan menuju mobil reki dan langsung pergi .
Adegan 3
Ke esokan harinya di sekolah
Anak-anak    :    eh eh… ada hp baru lo …
Adelia    :    ia gitu ???
Tia    :    ia… masa lo ga tau sih del… biasanya kan lo yang paling pertama punya…
Adelia hanya terdiam
Tia    :    Kenapa loa diam del ?
Adelia    :    hah…. Ga apa-apa…
Tia     :    ….
Adelia hanya tersenyum, bel pulang berbunyi….
Adelia pulang sendirian dan setibanya di rumah
Adelia    :    (membanting pintu ) mah….!!! (sambil teriak)
Bu Chandra    :    ada apa sih del… jangan berisik kamu tau kan papah lagi sakit
Adeli    :    Bodo !!!
        Pokoknya adel pengen HP baru, anak-anak di kelas udah pada punya masa adel engga sih mah… kan malu …
Bu Chandra    :    Adel uang tabungan mamah udah habis di pake berobat papah
Adelia    :    kenapa sih selalu papah yang mamah pikirin… mamah sadar ga sih… kita miskin gara-gara papah… gara-gara keteledoran papah …
Bu Chandra    :    adel..!!! jaga omongan kamu !!!
Pa Chandra    :    ada apa sih mah …. (sambil berusaha bangun keluar dari kamar)
Bu Chandra    :    gak ada apa-apa kop ah … papah istirahat aja
Adelia    :    gak ada apa-apa gimana, jelas-jelas ada apa-apanya (sambil mendelik ke arah ibunya)
Pa Chandra    :    ada apa sih mah ?
Adelia    :    ah… papah, jangan pura-pura bego deh ,,,, ini semua tuh gara-gara papah, kita miskin, gara-gara papah, gara-gara keteledoran papah… papah nya ga mau disalahin…
Bu Chandra    :    Adelia !!!
Pa Chandra    :    (Plak…. Pa Chandra menampar Adelia)
        Jaga omongan kamu !!!! papah kerja keras demi kamu… papah sakit-sakit gini gara-gara kamu, dasar anak durhaka..!!! anak gak tau di untung!!!! Pergi kamu …!!!
Adelia    :    Papah mengusir adel ?!!!
        Ok pap, adel akan pergi … dengan senang hati … !!! makasih atas tamparannya…!!!
Bu Chandra    :    Adel … !!! (bereteriak)
        Kamu jangan pergi na’ papah hanya emosi… mamang ngerti perasaan kamu
Adelia    :    minggir lo… (bentak adel pada ibunya)
        Tau apa lo tentang perasaan gue … lo tuh sama kaya kakek tua yang bisanya hanya nyusahin orang tua (telunjuk adel menunjuk pada papahnya)… sama jahatnya ga pernah bisa ngertiin perasaan anak sendiri…!!!
Bu Chandra    :    (plak !!!)
        Jaga omongan kamu !!!!
Sementara itu pa Chandra meringis kesakitan karena penyakit jantungnya kambuh lagi)
Bu Chandra    :    papah … !!! (teriak bu Chandra menghamporo pa Chandra)
        Pah …. Papah sabar ya … sekarang juga kita ke rumah sakit…
        (sambil panic)
Adelia    :    Dasar bapak tua …. Bisanya Cuma nyusahiin orang aja … kalau mau mati , mati aja sekalian jangan pake sakit-sakian segala ….
Pa Chandra    :    diam kamu adel !!! (sambil memegang dadanya
Adelia    :    alah udahlah … orang sakit, sakit aja jangan ngurusin hidup gue… ururs tuh jantung lo …
Pa Chandra    :    mah …. (suaranya terputus-putus)
        Maafin papah selama ini papah banyak salah sama mamah (sambil memegang dadanya karenan kesakitan)
        Mungkin sekarang udah saatnya papah pergi ninggalin mamah ….
Bu Chandra    :    gak pah … (sambil menangis)
        Papah gak boleh ninggalin mamah (sementara itu pa Chandra sudah gak bernafas lagi)
        Pah…, bangun pah …..
Adelia    :    udah lah mah …. Orang udah mati juga … gak usah di tangisin segala lagi …
Bu Chandra    :    del ini papah kamu na… orang uang selama ini rela kerja keras demi kamu, demi hidup kamu …
        Kamu gak sadar siapa yang selama ini membiayai hidup kamu ? (ucap bu Chandra lirih)
Adelia    :    udahkah mah basi ….
        (sanbil tersenyum sinis)
Pemakaman pa Chandra pun telah usai… bu Chandra hanya bisa menangisinya, di gak berdaya … sementara adelia dia cuek-cuek aja seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada keluarganya.
Adegan 4
Keesokan harinya disekolah adelia di panggil keruang TU (tata usaha)
Pak Guru    :    (menghampiri kelas adelia)
        Adelian …!!!
Adelia    :    ia pak ada apa?
Pak Guru    :    ikut bapak ke ruang TU
Adelia    :     oh ia pah …
        (adelia mengikuti langkah pak guru)
Tia    :    kenapa lo del ?
Adelia    :    gak tau ….
        (adelia terus berjala mengikuti gurunya)
Setibanya di ruang TU
Pak guru    :    ini … !!!
        (pak guru menyodorkan sebuah surat)
Adelia    :    suarat apa in pak … ?
        (Tanya adelia sedikit heran)
Pak Guru    :    sudah 3 bulan kamu gak bayar DSP bulanan
Adelia bengong, sementara itu di luar tidak sengaja ratih mendengar percakapan pak guru dan adelia
Ratih    :    masa sich orang sekaya adel belum bayar DSP bulanan, udah nunggak 3 bulan lagi ..? heran …
Tia    :    apa … adel nunggak bulanan selama 3 bulan?
        Yang benar aja lo> (tia juga kaget mendengar semua itu)
Ratih    :    eh tia … maaf aku gak sengaja dengar percakapan adel dengan pak guru, permisi aku duluan…
Tia    :    eh bentar- bentar
        (tia menghentikan langkah ratih)
Ratih    :    ada apa ?
Tia    :    lo dari tadi di sini ?
Ratih    :    enggak baru aja …
Tiba-tiba reki dan aldo datang
Aldo    :    hei (aldo menepuk pundak tia0
Tia    :    suuuuuut … ngagetin gue aja…
Reki    :    ngapain lo disini … ?
Tia    :    jangan banyak tanya diem deh lo ….
Di dalam ruangan
Pa guru    :    besok semuanya harus sudah kamu lunasi …
Adelia    :    tapi pak … saya dapat uang dari mana .. ?
Pak Guru    :    bukannya kamu orang kaya …?   
        (tanyak pak guru heran)
Adelia    :    (adelia hanya terdiam mendengar kata-kata itu)
Sementara itu di luar ruangan
Aldo    :    seperti suara adel …
Tia    :    la … makanya gue disini dari tadi …
Reki    :    emang ada apa dengan adel..?
Tia    :    gue gak tau dari pertamanya … ratih yang lebigh tahu (sambil menunjuk ratih)
Reki    :    kenapa dengan adel, tih …?
Ratih    :    aku juga gak tau pasti sih … tadi aku lewat sini… aku gak sengaja mendengar percakapan adeli sama pak guru
Reki    :    terus apa yang terjadi sama adelia …? (potong reki)
Tia    :    sabar dikit dong napa sih ….
        Lanjutin …
        Pinta tia sama ratih
Ratih    :    adelia belum bayar DSP bulanan selama 3 bulan …
Aldo    :    kok aneh …???
Ratih    :    aku juga tadi dengar sedikit gak percaya… karena adelia kan orang kaya
Tia    :    gue juga gak ngerti … udah beberapoa bulan ini adelia sikapnya aneh … dan anehnya lagi tadi pagi mamahnya ke rumah gue … dia minta pekerjaan sama mamah gue … aneh banget kan …?
Reki    :    ko minta pekerjaan sama nyokap lo?
Tia    :    mana guetau …
Tiba-tiba adelia keluar …]
Adelia    :    lo semua ngapain di sini …?
        (adelia kaget)
Tia    :    (dengan pandangan aneh )
        Suart apa itu del ? (sambil mengambil surat dari tangan adelia)
Adelia    :    balikin (sambil berusaha merebut surat itu)
Tia    :    santai dong del … emang ini surat apa?
Adelia bengong tak tau harus ngomong apa… sementara itu Tia membuka suratnya
Tia    :    gue ga nyangka del…. Ternyata selama ini lo boongin kita-kita
Adelia    :    terus kenapa… kalo gue bbongin kalian, kenpa ?
        (sentakl adelia)
Semua hanya terdiam
Adelia    :    ok … sekarang gue jujur sama kalian semua … sekarang gue bukan orang kaya lagi … gue sekarang miskin… miskin banget… sampai-samapi buat DSP bulanan pun gue gak punya … puas lo semua … dan satu lagi … lo semua pasti gak mau kan punya teman miskin kaya gue … ia kan ??!!!
Semua hnaya terdiam kecuali adelia
Adelia    :    Jawab ….!!!!
Tia    :    kalo ia emang kenapa??? Puas lo !!!
Adelia    :    gue gak nyangka lo bakalan ngomong kaya gitu sama gue, gue kira lo sahabat terbaik yang gue punya tapi ternyata selama ini gue salah nilai lo
Reki    :    terus kenapa lo gak bilang dari dulu sama kita-kita >
Aldo    :    lo malu ..?
Tia    :    Jawab lo …!!!
Ratih    :    tia sabar dong … (saambil mencoba menenangkang suasana)
Tia    :    lo tau kan del gue paling gak suka di bohongin …!!
Adelia    :    ok … sekarang gue jujur sama lo semua…. Bener apa yang dikatakan aldo… gue malu… gue malu sama kalian semia… kalian semua kaya… sedangkan gue… sekarang gue miskin… sekarang gue tinggal dikontrakan kumuh … gue gak punya apa-apa… buat makan aja Cuma pas-pasan ….
Ratih    :    adel… mereka semua tuh sahabat kamu… kamu dalam keadaan apapun mereka pasti bisa menerima kamu …
Tai    :    siapa bilang (memotong penjelasan ratih)
        Lo tau kan gue paling gak suka di bohongin… jadi gue gak mau berteman sama pembohong kaya kamu ..??
Ratih    :    tapi kan adelia udah jujur semuanya sama kamu ..?
Tia    :    alaaaah…. Diem lo …. Tau apa lo tentang adelia… minggir (tia, aldo dan reki meninggalkkan ratih dan adelia)
Ratih    :    sabar ya dl…
Adelia hanya tersenyum, senyum peduh….
Adegan 5
Setibanya dirumah … adelia berjalan dengan lesu
Bu Chandra    :    kamu kenapa na sakit ?
        (dengan panic bu chandra bertanya kepada adelia tapi adelia hanya terdiam)   
        Kenapa na’ saki, apa ada masalah … cerita dong sama mamah…
Adelia    :    mamah bisa diem gak sih ?
        (sedikit membentak)
        Temn-temen jauhin adel mah …
Bu Chandra    :    kenapa mereka jauhin kamu ?
Adelia    :    adel bohong mah sama mereka …. Mamah tahukan tia paling ga suka di bohongin …
Bu Chandra    :    kenapa kamu bohongi tia ?
Adelia    :    adel gak tau mah semuanya akan kaya gini …
Bu Chandra    :    tapi sekarng adel jujur kan sama mereka ?
Adelia    :    udah mah mah ….
Tiba-tiba dari luar ada yang mengetuk pintu
Tia    :    tok…tok… tok… (mengetuk pintu)
        Permisi ….
Bu Chandra    :    (sambil membuka pintu)
        Eh na tia … ayo masuk …
Tia    :    adel nya ada tante?
Bu Chandra    :    ada … ayo masuk …
Tia    :    ia …
Bu Chandra    :    del… ada tia tuh sama aldo dan reki
Adelia    :    ngapain mereka kesini mah …
Bu Chandra    :    gak tau samperin aja dulu…
Adelia bergegas nyamperin teman-temanya. Setibanya di ruang tamu …
Tia    :    del …
Adelia    :    tia… ada apa?
Tia    :    emm…. Kita ke sini mau minta maaf del sama lo…. Kita ngaku kita yang salah… harusnya kita bisa ngertiin gimana posisilo saat ini… maaafin kita semua yah …???
Adelia    :    ia … gue maafin…. Gue juga minta maaf sama kalians emua karena selama ini gue sudah bohongin kalian semua…
Reki    :    ia… gue maafin ….
Adelia    :    kali tau rumah gue dari siapa?
Tia    :    tadi kita-kita ngikutin lo dari belakang …
Reki    :    eh … dari pada disini diem aja mendingan kita kekuburan papahnya adel aja … kita belum tau kan ?
Aldo    :    ia del ajak nyokap lo …
Adelia    : ia…
Adel berjalan ke mamahnya
Bu Chandra    :    ada apa adel
Adelia    :    ikut adel yum ah …
Bu Chandra    :    kemana del … ?
        (tanyanya heran)
Adelia    :    udah mamah jangan banya Tanya… ayo … (sambil menarik tangan ibunya)
Tia    :    mari tante …
Bu Chandra tersenyum. Mereka pergi ke kubura papah adelia bersama-sama. Setibanya di perkuburan papah adelia …
Adelia    :    pah… maafin adelia, selama ini adel banayk salah sama papah,a del selalu membantah papah. Adel gak pernah nurut apa kata papah… adel minta maaf pah… meski adel tau saat adel suh terlambat menta maaf sama papah karena sekarang papah udah gak ada … papah udah gak sama-sama adel lagi … tapi adel janji pah suatu saat adel bakalan bikin mamah bangga pah… adel janji !
Bu Chandra    :    mamah tau … kamu pasti bisa na…
Adelia    :    ia mah …
Akhirnya merekapun pulang dan hari-hari selanjutnya adelia jalani dengan semangat, adelia menjadi anak yang berbakti kepada mamanya karena adelia sadar, dia gak boleh teru-terusan membantah ibunya. Dia harus bikin ibunya bangga kepadanya.
-TAMAT-